3, Jun 2023
Rabi’ah Al-Adawiyah: Sufi Wanita yang Cintanya Hanya Kepada Sang Pencipta

Rabi’ah Al-Adawiyah memiliki nama lengkap yaitu Rabi’ah binti Ismail al-Adawiyah. Beliau dilahirkan pada tahun 95 Hijriyah di Kota Bashrah, Irak. Rabi’ah diperkirakan meninggal dalam usia 83 tahun pada tahun 801 Masehi / 185 Hijriah dan dimakamkan di Bashrah, Irak.

Rabi’ah adalah salah satu seorang sufi wanita yang terkenal taat beribadah dalam sejarah Islam. Konsep sufinya yang paling dikenal adalah mahabbatullah yang artinya kecintaan terhadap Allah.Salah satu wanita yang memiliki kecintaannya hanya pada Allah Swt tanpa menaruh dan mengharapkan cintanya pada dunia maupun kepada manusia. Cintanya pada Allah tersebut ditungkan pada sebuah syair yang kemudian ia sangat terkenal. Bahkan, ia dijuluki sebagai Ibu para sufi besar (The Mother of The Grand Master).

Rabi’ah dikenal sebagai wanita yang memiliki intektual sangat tinggi dengan sifat zuhud-nya (tidak cinta dunia) yang luar biasa sehingga tidak dapat menandingi dia dengan wanita lain. Rabi’ah memiliki keterbatasan ekonomi keluarga dengan penuh keikhlasan tanpa sedikit pun. Meskipun demikian, tidak mudah baginya untuk menerima dan meminta bantuan kepada makhluk. Ia yakin dan percaya bahwa hanya Allah Swt. yang dapat memenuhi dan mencukup segala kebutuhan sehari-harinya.

Menariknya dari Rabi’ah adalah bahwa ia mampu menjaga hatinya hanya untuk mencintai Sang Penciptanya, Allah Swt. sampai ia akhir hayat. Statusnya selama hidup di dunia mampu Rabi’ah jaga sebagai seorang gadis atau perawan. Di balik semua itu, banyak laki-laki yang menginginkan Rabi’ah untuk meminangnya. Akan tetapi, Rabi’ah menolak seolah-olah tidak mampu untuk membagi cintanya selain Allah Swt. Rabi’ah merasa takut bahwa menikah akan menjauhkannya dari Allah. Ia juga khawatir jika Allah tidak rida terhadap apa yang ia lakukan. Mencintai Allah baginya sama dengan mencintai Sang Maha Segalanya. Menjalankan perintah-Nya dan terus mendekat kepada-Nya.

Rabi’ah mengabdi kepada Allah bukan lantaran ia takut neraka dan mengharapkan imbalan masuk surga. Ia hanya mencintai Allah lebih karena Allah semata. Sikap kecintaan karena Allah ini tergambar dalam sya’ir berikut ini:

Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut neraka

Bukan pula karena mengharap masuk surga

Tetapi aku mengabdi, karena cintaku pada-Nya

Ya Allah, jika aku menyembah-Mu karena takut neraka

Bakarlah aku di dalamnya

Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga

Campakkanlah aku darinya

Tetapi, jika aku menyembah-Mu demi Engkau semata

Janganlah Engkau enggan memperlihatkan keindahan wajah-Mu yang abadi padaku

Dari kisah singkat tersebut dapat menjadikan teladan yang baik bagi kaum wanita muslimah untuk mampu menjaga hawa nafsunya dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah Swt. Hikmah yang dapat diambil dari kisah perjalanan Rabi’ah Al-Adawiyah memang terlihat berat bagi kita sebagai hamba Allah. Meski masih ada rasa takut akan neraka dan menginginkan surga, namun keikhlasan hati dalam beribadah yang dilakukan sang sufi tersebut perlu dijadikan sebagai teladan yang baik bagi kaum muslim. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Ar-Ra’ad ayat 28 dan 29 yang berbunyi:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.

اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ طُوْبٰى لَهُمْ وَحُسْنُ مَاٰبٍ

“Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik”.

Kritik dan saran terkait Mading ASC dapat ditulis Disini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *