Qalam

Kata qalam dalam bahasa Arab berarti pena yaitu alat yang digunakan untuk menulis. Jika masih ingat kata qalam terdapat di dalam Al-Qur’an seperti pada wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah Saw pada ayat ke empat. Kata qalam juga disebutkan pada surat Al-Qalam ayat pertama yang berisi bahwa Allah Swt bersumpah dengan qalam. Lantas ayat ini menjadikan posisi pena menjadi begitu luhur, terlebih bagi para kaligrafer yang kehidupannya tidak lepas dari pena. Bagi para kaligrafer salah satu rahasia di balik keindahan tulisan terletak pada pena. Dengan kata lain pena yang dibuat dengan baik juga akan menghasilkan goresan huruf yang baik pula, sebagaimana peribahasa berikut ini,

اِنْ اَتْقَنْتَ قَلَمَكَ اَتْقَنْتَ خَطَّكَ وَ اِنْ اَهْمَلْتَ قَلَمَكَ اَهْمَلْتَ خَطَّكَ

Jika kamu rapiikan penamu, maka kamu telah merapikan tulisanmu, dan jika kamu melalaikan penamu maka kamu telah melalaikan tulisanmu,

Terdapat sebuah riwayat yang menceritakan seorang perdana menteri Al-Sahib ibnu ‘Abbad yang dikenal mampu menulis dengan sangat indah. Pada suatu hari Khalifah datang dan meminta ‘Abbad untuk segera menulis. Setelah mendapatkan permintaan tersebut ‘Abbad mulai bersiap-siap untuk menulis, alangkah terkejutnya ketika ia melihat seluruh mata penanya telah dipecahkan secara sengaja oleh seseorang. ‘Abbad hanya bisa menahan kesal atas kejadian tersebut dan segera melaksanakan perintah Khalifah dengan memperbaiki mata pena yang telah pecah. Akhirnya dengan izin Allah, ia mampu menuntaskan perintah tersebut dengan tulisan yang sangat indah. Khalifah begitu terkejut bahwa ‘Abbad mampu menuntaskan perintah tersebut dengan hasil tulisan yang indah meskipun pena-pena yang ia miliki telah dirusak. ‘Abbad pun berkata, “Wahai Yang Mulia, ayahku mendidikku menjadi seorang penulis, kaligrafer, dan tidak mengajariku menjadi seoang tukang,”.

Pada kesempatan kali ini penulis akan memberikan sedikit ilmu tentang qalam kepada teman-teman qur’ani sekalian. Pena kaligrafi Arab dinamakan qalam karena pada mulanya alat tersebut diambil dari pohon qullam. Namun baru dinamakan qalam apabila kayu tersebut telah diraut. Ujung qalam diruncingkan dalam ukuran yang beraneka ragam dari yang berukuran kecil dan halus sampai yang berukuran besar. Bentuk ujung mata pena pada masa awalnya masih terlihat datar, kemudian tercipta inovasi oleh Ibnu Bawwab dengan memotong mata pena secara miring. Sehingga metode potongan mata pena yang miring tersebut masih digunakan sampai sekarang.

Sebelum mempelajari cara meraut qalam, ada baiknya jika kita juga mengenal jenis-jenis kayu yang dapat digunakan sebagai qalam. Sebenarnya Allah Swt telah menyiapkan bahan tersebut di sekitar kita berupa pohon atau tanaman yang ranting atau tangkainya dapat diolah menjadi sebuah qalam, sebagaimana Disinggung dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 27 yang artinya “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan keadaannya tujuh lautan (lagi) setelah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa, Maha bijaksana.”.

Namun belajar dari pengalaman para khattat terdahulu kita diperkenalkan jenis pohon atau tanaman yang sangat cocok digunakan sebagai qalam. Untuk kali ini cukup disebutkan saja jenis tanaman yang terdapat di Indonesia agar sumber daya alam yang telah dikaruniakan kepada kita dapat dimanfaatkan untuk hal yang bermanfaat pula. Pertama adalah qalam bambu yang tentu materialnya berupa batang bambu, namun secara terperinci terdapat jenis bambu yang sering dijadikan rekomendasi oleh para khattat yaitu bambu cendani yang biasa digunakan untuk alat memancing atau kerajinan, karakter kayunya yang keras dan memiliki bagian batang yang datar membuat jenis bambu ini sangat cocok digunakan sebagai qalam.

Kedua adalah qalam handam yang materialnya adalah tumbuhan pakis (sejenis tumbuhan paku), jenis pakis yang dapat dipakai menjadi qalam handam adalah jenis pakis liar yang bercabang, sering kali tanaman ini dianggap hama karena tumbuh dengan liar. Jenis qalam ini sangat digandrungi karena selain kuat, jenis tanaman ini memiki karakter kayu yang halus sehingga sangat nyaman untuk menulis.

Ketiga adalah qalam jawi yang materialnya adalah bagian dari ijuk pohon aren atau enau yang berbentuk seperti sebuah lidi yang besar, meskipun kecil jenis qalam ini sangat terkenal di seluruh dunia sebagai bahan baku qalam karena karakternya yang sangat kuat dan dapat digunakan untuk menulis khat yang berukuran sangat kecil maupun untuk membuat karya kaligrafi yang begitu detail, qalam ini menjadi terkenal semenjak digunakan oleh khattat terkenal era daulah Utsmani yaitu Hasan Ridha. Yang mana beliau menulis sebuah mushaf menggunakan qalam jenis ini hanya dengan satu kali rautan, dengan kata lain tidak pernah terjadi kerusakan pada pena baik itu patah maupun aus atau tumpul.

Demikian tadi adaah jenis bahan baku yang direkomendasikan menjadi qalam. Setelah mengetahui jenis-jenis qalam, saatnya kita mempelajari cara meraut qalam. Prinsip meraut qalam pada dasarnya sama saja untuk semua jenis bahan tadi, namun berbeda untuk qalam jali (qalam berukuran besar). Berikut merupakan langkah-langkah merajut qalam,

Tahap awal meliputi menyeleksi dan membersihkan pena. Untuk menentukan kriteria pena yang baik meliputi: batang yang lurus, ringan, kuat (dapat dicek dengan cara menekan batang dengan jari), sedikit mengandung air (dapat dicek dengan cara mengecek suaranya). Sementara itu proses pembersihan pena dapat menggunakan amplas yang paling halus untuk membersihkan permukaan batang dari noda yang mengeras sehingga qalam menjadi terlihat mengkilap.

Tahap kedua adalah memotong pena, dalam memotong pena terdapat 4 tahapan  yaitu al-fathu, an-nahtu, al-qattu, dan as-syaqqu. Al-fathu adalah proses membuka ujung batang pena yang masih utuh. Perlu diketahui bahwa terdapat dua jenis batang yaitu bentuknya bulat dan terdapat batang yang salah satu sisinya datar. Untuk jenis batang yang salah satunya datar akan mempermudah dalam menentukan calon mata pena dan mempertahankan keseimbangan rautan. Sedangkan untuk jenis batang yang bulat dapat dimulai dari sisi manapun, kemudian fokuskan keseimbangan rautan agar hasil rautan yang mendatar tetap terjaga. Begitu pena telah teraut maka terbentuklah khurtumul qalam. Ada hal menarik setelah proses ini, yaitu terdapat sebuah tradisi sejak era daulah Utsmani yakni menyimpan serpihan rautan qalam sebagi bentuk penghormatan seorang khattat terhadap qalam.

Selanjutnya adalah tahap an-nahtu yaitu memperbaiki atau merapikan sisi-sisi pena yang meliputi sumkul qalam  (lebar mata pena) dan qatrul qalam (ujung-ujung mata pena)agar mata pena tepat berada di tengah, memiliki ketipisan yang pas, menemukan lebar mata pena yang diinginkan, dan dapat mempercantik bentuk qalam.

Kemudian tahap selanjutnya adalah al-qattu atau memotong pena. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan baik atau tidaknya pena. Untuk memotong pena selain membutuhkan alat potong berupa pisau atau cutter juga dibutuhkan sebuah alas atau tatakan yang biasa disebut al-ma’toq atau al-maqot. Pada saat memotong tentukan kemiringan pena yang sesuai dengan kenyamanan saat menulis, lalu teknik memotongnya ialah dengan cara menekan alat potong pada khurtumulqalam sampai benar-benar putus. Setelah putus periksa hasil potongan benar-benar lurus, jika masih belum maka ulangi kembali proses al-qattu.

Terakhir adalah tahap as-syaqqu yaitu membelah, yaitu pembuatan sayatan pada khurtumulqalam sebagai jalur aliran tinta dan dapat menyimpan tinta lebih awet. Dengan demikian pena dapat digunakan untuk menulis kaligrafi

Usai mengetaui cara memotong qalam ada satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap khattat mengenai perawatan qalam, yaitu kebiasaan membersihkan qalam setiap usai menulis. Hal ini berkaitan dengan kenyaman menulis karena jalannya tinta tidak akan maksimal karena terdapat sisa-sisa tinta yang telah mengeras pada mata pena, selain itu penumpukan sisa-sisa tinta akan membuat sumkul qalam menjadi bertambah dan qatrul qalam menjadi tumpul sehingga tebal tipis tulisan menjadi kurang indah. Selain itu aspek ini juga mengajarkan kepada setiap khattat untuk mengaplikasikan konsep kebersihan pada ajaran Islam. Membersihkan pena dapat dilakukan dengan tisu yang dibasahi sedikit liur karena air liur tidak merusak tekstur pena. Sebenarnya seiring berkembangnya zaman alat menulis kaligrafi pun muncul dengan material yang bermacam-macam baik pelatuk penanya yang terbuat dari logam atau material yang lain maupun alat yang lebih modern yang memiliki sistem penyimpanan tinta. Namun tradisi untuk menggunakan material alami tetap dipertahankan sampai sekarang karena mampu mengajarkan aspek kepekaan diri seorang khattat, yaitu kepekaan dalam meraut pena dan kepekaan saat mengambil tinta.

Demikian pembahasan kali ini tentang qalam, apabila terdapat kesalahan dalam menulis baik tutur tulisan maupun pengetahuan maka penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Besar harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat untuk teman-teman yang sedang belajar khat.

Women’s shoes – adidas hermosa mesh backpack purple and blue color , GiftofvisionShops – Fitness – adidas nite jogger kids – Sports shoes | Alwancolor , nike shox grey volt white black women church suits , News And Releases For Sneakerheads , Home

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *